METAMORFOSIS
Menjadi
seorang remaja, membutuhkan sebuah pemikiran yang ekstra. Begitu banyak hal
menggiurkan dan menarik. Baik dari sisi negative maupun positif. Ups,, negative
atau positif itu menurut pemahaman dan bagaimana orang menilainya. Itulah pemikiran
seseorang yang berinisial (R) ketika masih remaja, pemikiran yang dipenuhi
dengan rasa keingintahuan.
Kalau
itu adalah sebuah pemikiran (R) ketika masih remaja, lalu apakah sekarang ini
(R) sudah tidak lagi remaja? Yaa
pertanyaan itulah yang seharusnya ada.
Saat
ini (R) sudah keluar dari masa remaja yang sempat menjadi tempat pencarian jati
dirinya. (R) telah beranjak menjadi
seorang pemuda, yaitu masa dimana dia telah mengubah pemikirannya bahwa
negative dan positif itu dinilai oleh hukum syara’. (R) menyandang gelar
mahasiswi di sebuah Universitas Negeri di Surabaya sekitar satu setengah tahun
yang lalu.
Dan itulah
waktu dimana (R) harus mulai meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang sering
dilakukannya ketika masih remaja yang tidak memberikan manfaat untuk masa
depannya. Tapi jangan salah, dari hasil
pencarian jati diri dan rasa keingin tahuannya yang besar, juga atas
dukungan dan tuntunan yang diberikan
dari orang tuanya (R) sudah menemukan jati dirinya sebagai seorang muslim.
Sehingga langkah dan tindakan yang mau diambilnya pun sudah pasti tertuju dan
terarah kemana. Tentunya, untuk meraih ridha Tuhannya, dan itu menjadi
tantangan yang besar untuk (R). Apalagi mengingat saat ini sudah tidak ada lagi
sang teladan Rasulullah dan telah hancurnya pemerintahan Islam yang sempat di
perjuangkan oleh sang teladan dan para sahabat. Suatu hal yang sangat miris di
dengar bagi kaum muslim, dengan keadaan kaum muslim diIndonesia saat ini yang
hampir tidak mengetahui apa itu kepemimpinan Islam (KHILAFAH). Yang seharusnya
hal itu di perjuangkan dan didirikan oleh kaum muslim seperti yang dicontohkan
oleh Rasulullah. Disinilah (R) tau apa yang harus dilakukannya sebagai seorang
muslimah, yaitu menyampaikan walau satu ayat (berdakwah).
Kebiasaannya
dalam berdakwah kepada sesamanya dan dengan kondisi pembelajaran di dalam
kampus membuat (R) berubah banyak tentang kepribadiaanya. Dulu ketika masih
menjadi seorang siswa mulai dari SD-SMA (R) menyandang gelar sebagai siswa
paling pendiam di sekolah, di tempat ngaji, juga di area sekitar rumahnya.
Mungkin jika hal ini dilombakan ketika agustusan (R) akan berkali-kali menjadi
juara.hehe
Menjadi
seorang pemuda dan mahasiswa, membuat (R) harus memilah dan memilih kata yang
akan diucapkannya. Karena dia dicetak menjadi seorang intelektual yang mana
setiap kata yang diucapkannya harus berbobot.
Mungkin
awalnya masih canggung, namun semakin lama semakin terbiasa dengan
pendapat-pendapat yang diberikan, juga mulai terbiasa bergaul dan menyapa ramah
setiap temannya. Suatu hal yang sulit dilakukan (R) beberapa waktu yang lalu.
Hanya kebiasaan menunduk yang sering dilakukannya dahulu.
(R)
akan tetap menundukkan pandangannya ketika menurutnya itu perlu, lagian ada
beberapa hal yang diatur Islam dalam hal ini. (R) mulai terbiasa dengan
bercerita sana-sini tentang kepribadiannya dan pengalaman-pengalamannya
terdahulu dengan teman-temannya, bahkan ketika ada masalah pun dia mulai bisa
berbagai dan berdiskusi untuk mencari jalan keluarnya. Ini suatu kebiasaan yang
tidak pernah dibayangkannya dari dulu, dengan berbagi cerita dan mencari solusi
dengan orang lain.
Dan
kebiasaan itu mulai membuatnya nyaman, dan di rumahpun dia mulai terbuka dan
bercerita apapun yang alaminya dengan keluarganya. Baik dari sisi akademik
maupun pergaulannya, dengan nasihat-nasihat dari orang tuanya, semakin
membuatnya teguh dan percaya diri. Ketika ada pelajaran yang tidak dipahaminya
dia mulai percaya diri untuk berdiskusi atau bertanya kepada dosen ataupun
temannya. Yang jauh berbeda dengan dulu ketika masih menjadi siswa, dia akan
mencatat dan melingkari bagian yang tidak dipahaminya dan akan dibawanya pulang
untuk ditanyakan kepada kakak, orang tua, ataupun guru lesnya.