Metamorfosis

cerpen

Senin, 23 Januari 2017

Dia Islam



Sejauh arah mata memandang, bukan sebuah tujuan sebagai insan yang senantiasa merindui kejayaan. Bukan pula sebuah harapan yang memuncak pada titik saraf pusat. Atau merupakan perjuangan seorang ksatria terhadap kemenangan. Mungkin, lebih tepatnya adalah sebuah ambisi yang justru banyak memesona setiap siapa yang memandang. Karena tujuan hakiki pasti ada jalan keluar untuk menembus setiap arah tujuan. Demikianlah seharusnya sebuah perjuangan, karena iya begitu berarti bagi siapa yang memahinya. Dan bukanlah sebuah perjuangan yang minta dipahami, namun siapa itulah yang butuh untuk memahaminya.
Terkadang manusia lupa, atau bahkan terlalu sering lupa, atau juga sengaja melupakan akan apa yang seharusnya diperjuangankan. Karena ada di dalam banyak diri mereka terjangkiti sebuah virus perbudakan nafsu yang menutupi mata hati. Ya, nafsu yang membuat mereka tidak lagi searah pada perjuangan yang hakiki.
Sejatinya akupun tak yakin, akan terlepasnya virus yang ganas itu. Namun pemahaman membuatku yakin, aku pasti bisa melumpuhkannya. Dengan semangat yang membara akibat tumbuhnya ideologi yang siap menjadikan aku sebagai ksatria. Iya, sebuah ideologi yang pernah menggemparkan dunia. Membuatnya hebat dna begitu ditakuti. Sehingga tak heran jika, hingga saat ini banyak yang iri atau bahkan terpukau dan memunculkan ambisi-ambisi untuk mengalahkannya atau bahkan menghancurkannya.
Namun  ketika siapa telah memahami, ideologi itu tak akan mati, karena di dalamnya tersimpan peraturan yang indah. Yang membuat siap saja yang menggenggamnya pasti merasakan perlindungan kokoh yang tidak dimiliki ideology selainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar